Matius 5:13
Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 63; Markus 7; Bilangan 9-10
Yesus menyatakan bahwa sebagai orang percaya kita harus menjadi garam bagi dunia ini karena itulah jati diri kita. Garam adalah sebuah komponen penting dalam kehidupan. Jika digunakan dengan takaran tepat, garam sangat berguna bagi kesehatan manusia. Garam memicu rasa haus sehingga kita tidak mengalami dehidrasi. Garam juga meningkatkan rasa lezat makanan dan tanpa garam semua akan terasa hambar. Tetapi Yesus juga memperingatkan, “Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?”
Garam adalah pemberi rasa asin, jika sumber rasa asin, tidak asin lagi, maka tidak ada cara untuk mengasinkannya.
Demikian juga orang percaya, seperti garam, kita diciptakan untuk memberi dampak dimanapun kita berada. Jika kehidupan kita tidak bisa lagi memberi “dampak” lalu apa arti kehidupan kita. Jangan sampai kehidupan kita “tidak asin” lagi!
Bagaimana agar rasa “asin” kita bisa dirasakan oleh sekeliling kita? Belajarlah dari garam. Untuk bisa menyedapkan makanan, garam itu melebur, terserap oleh setiap elemen makanan. Jika garam itu tetap berwujud butiran kristal garam, orang yang memakannya akan memuntahkannya karena terlalu asin. Jika kita ingin benar-benar berdampak, jangan pertahankan eksistensi kita, tapi buat setiap orang benar-benar merasakan manfaat keberadaan kita. Bantulah setiap orang sebaik mungkin dan jangan berharap penghargaan atas hal itu, karena kita tidak perlu “terlihat” tapi harus “terasa”.
Menjadi “garam dunia” bukanlah hal yang mudah karena artinya penyangkalan diri dan pengorbanan. Namun jika gaya hidup kita tidak seperti filosofi garam ini, maka kita tidak menghidupi tujuan kehidupan kita. Jadi apapun harganya kita harus tetap asin dan mengasinkan sekitar kita.
Menjadi garam dunia itu tidak perlu “terlihat” tapi harus “terasa”. Jadi buat apa eksis kalau hidup kita tidak berdampak.